Hadist tahni’ah
قَالَ
الْقَمُوْلِيْ: لَمْ أَرَ لأَحَدٍ مِنْ أَصْحَابِنَا كَلاَمًا فِي
التَّهْنِئَةِ بِالْعِيْدِ وَاْلأَعْوَامِ وَاْلأَشْهُرِ كَمَا يَفْعَلُهُ
النَّاسُ، لَكِنْ نَقَلَ الْحَافِظُ الْمُنْذِرِيُّ عَنِ الْحَافِظِ
الْمُقَدَّسِيِّ أَنَّهُ أَجَابَ عَنْ ذَلِكَ بِأَنَّ النَّاسَ لَمْ
يَزَالُوْا مُخْتَلِفِيْنَ فِيْهِ وَالَّذِيْ أَرَاهُ أَنَّهُ مُبَاحٌ لاَ
سُنَّةٌ فِيْهِ وَلاَ بِدْعَةٌ وَأَجَابَ الشِّهَابُ ابْ...نُ
حَجَرٍ بَعْدَ اطِّلاَعِهِ عَلَى ذَلِكَ بِأَنَّهَا مَشْرُوْعَةٌ
وَاحْتَجَّ لَهُ بِأَنَّ الْبَيْهَقِيَّ عَقَّدَ لِذَلِكَ بَابًا فَقَالَ:
بَابُ مَا رُوِيَ فِيْ قَوْلِ النَّاسِ بَعْضِهِمْ لِبَعْضٍ فِي الْعِيْدِ
تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكَ، وَسَاقَ مَا ذُكِرَ مِنْ أَخْبَارٍ
وَآثَارٍ ضَعِيْفَةٍ لَكِنْ مَجْمُوْعُهَا يُحْتَجُّ بِهِ فِيْ مِثْلِ
ذَلِكَ ثُمَّ قَالَ وَيُحْتَجُّ لِعُمُوْمِ التَّهْنِئَةِ بِمَا يَحْدُثُ
مِنْ نِعْمَةٍ أَوْ يَنْدَفِعُ مِنْ نِقْمَةٍ بِمَشْرُوْعِيَّةِ سُجُوْدِ
الشُّكْرِ وَالتَّعْزِيَةِ وَبِمَا فِي الصَّحِيْحَيْنِ عَنْ كَعْبِ بْنِ
مَالِكٍ فِيْ قِصَّةِ تَوْبَتِهِ لَمَّا تَخَلَّفَ عَنْ غَزْوَةِ تَبُوْكَ
أَنَّهُ لَمَّا بُشِّرُ بِقَبُوْلِ تَوْبَتِهِ وَمَضَى إِلَى النَّبِيِّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَامَ إِلَيْهِ طَلْحَةُ بْنُ عُبَيْدِ
اللهِ فَهَنَّأَهُ.
Artinya :
“Imam Qommuli berkata : kami
belum mengetahui pembicaraan dari salah seorang ulama kita tentang
ucapan selamat hari raya, selamat ulang tahun tertentu atau bulan
tertentu, sebagaimana yang dilakukan oleh banyak orang, akan tetapi
al-hafidz al-Mundziri memberi jawaban tentang masalah tersebut : memang
selama ini para ulama berselisih pendapat, menurut pendapat kami,
tahni’ah itu mubah, tidak sunnah dan tidak bid’ah, Imam Ibnu Hajar
setelah mentelaah masalah itu mengatakan bahwa tahni’ah itu
disyari’atkan, dalilnya yaitu bahwa Imam Baihaqi membuat satu bab
tersendiri untuk hal itu dan dia berkata : “Maa ruwiya fii qaulin nas”
dan seterusnya, kemudian meriwayatkan beberapa hadits dan atsar yang
dla’if-dla’if. Namun secara kolektif riwayat tersebut bisa digunakan
dalil tentang tahni’ah. Secara umum, dalil dalil tahni’ah bisa diambil
dari adanya anjuran sujud syukur dan ucapan yang isinya menghibur
sehubungan dengan kedatangan suatu mikmat atau terhindar dari suatu mala
petaka, dan juga dari hadits riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim bahwa
sahabat Ka’ab bin Malik sewaktu ketinggalan/tidak mengikuti perang
Tabuk dia bertaubat, ketika menerima kabar gembira bahwa taubatnya
diterima, dia menghadap kepada Nabi SAW. maka sahabat Thalhah bin
Ubaidillah berdiri untuk menyampaikan ucapan selamat kepadanya
0 comments:
Post a Comment